Persaudaraan Tiada Mengenal Sempadan (Borderless Brotherhood)
Hakikat Kemerdekaan Tanah Melayu
Posted on Juli 20, 2010
Tak terasa waktu terus berjalan dan
kurang beberapa pekan lagi kita akan memasuki bulan August dimana bulan
ini menjadi tonggak sejarah baru bagi Tanah Melayu, Indonesia dan
Malaysia. Tanggal 17 August tak syak lagi adalah hari kemerdekaan bangsa
Indonesia, setelah selama 360 tahun dijajah Belanda dan 3 1/2 tahun
dibawah kekuasaan fasisme Jepang. Demikian pula 31 August adalah hari
bersejarah bagi tetangga kita, Malaysia, yang setelah sekian lama berada
dalam kekuasaan Inggris pada akhirnya berdiri menjadi sebuah negara
yang merdeka. Sekalipun pada tanggal tersebut masih sebatas wilayah
semenanjung Malaka karena Sabah, Serawak dan Singapore baru disertakan
pada tahun 1963.
Perjuangan Berat.
Kemerdekaan tentu saja tidak dapat
diraih dengan mudah, kedua-dua tanah Melayu baik Indonesia maupun
Malaysia mendapatkannya dengan perjuangan amat sangat berat. Baik
perjuangan diplomasi (perundingan/negosiasi) maupun perjuangan
bersenjata semua dilakukan untuk satu tujuan, yaitu merdeka. Terkhusus
bagi Indonesia, selepas menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
perjuangan belum lagi usai karena Belanda senantiasa menebarkan ganguan
keamanan untuk maksud menjajah kembali Indonesia. Bermula dari
membonceng tentara Sekutu, yang masuk untuk melucuti Jepang, kita
mengenal adanya pertempuran seperti 10 November 1945 yaitu peristiwa
heroik dimana para pemuda mati-matian menahan gempuran tentara sekutu
dan Belanda atas kota Surabaya. Ribuan jiwa terkorban ketika itu,
pengorbanan untuk tujuan mempertahankan kemerdekaan. Satu tekad telah
tertanam, “Merdeka atau Mati.”
Tak lama berselang, perjuangan
diplomasi melalui perundingan pun dilakukan antara pihak Indonesia
dengan Belanda. Mulai perundingan Linggarjati 11 November 1946.
Perundingan ini diprakarsai oleh Inggris yang memang bertanggung jawab
untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di wilayah Asia. Dalam
perundingan ini, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia atas Sumatera,
Jawa dan Madura, serta meninggalkan Indonesia paling lambat 1 Januari
1949. Indonesia dan Belanda sepakat membentuk RIS (Republik Indonesia
Serikat) dan Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran
Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Namun perundingan tidak berjalan mulus, hingga akhirnya Belanda
melancarkan Agresi Militer I dan berhasil menguasai sebagian besar
wilayah Indonesia, terutama Sumatera.
Hal ini mendorong dilaksanakannya
perundingan Renville pada 17 Januari 1948 dan hasilnya sangat merugikan
Indonesia dimana wilayah Indonesia hanya tinggal menyisakan Ibukota
Yogyakarta dan sebagian kabupaten di Jawa Tengah dan Timur. Lagi-lagi
perundingan tidak berjalan mulus karena Belanda kembali melancarkan
Agresi ke-2 pada 18 Desember 1948 dan berhasil menduduki ibukota
Yogyakarta. Para pemimpin republik ditangkap dan diasingkan (termasuk
Soekarno, Hatta dan Sjahrir). Meskipun demikian, eksistensi Republik
Indonesia tetap terjaga melalui Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) dibawah pimpinan Mr.Sjafruddin Prawiranegara yang berkedudukan di
Bukittinggi, Sumatera Barat. Puncak perjuangan terjadi pada 1 Maret
1949 dimana TNI dan berbagai laskar perjuangan Indonesia berhasil
memukul Belanda dan menduduki Yogyakarta selama 12 jam. Peristiwa ini
dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 atau Serangan Fajar, yang
menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa Republik masih memiliki
kekuatan militer yang diperhitungkan.
Pada akhirnya, Belanda mau mengakui
kedaulatan Republik Indonesia pada perundingan KMB di Den Haag 23 August
– 2 November 1949, itupun tidak termasuk wilayah Papua karena dalam
perundingan tersebut, kes Papua akan diselesaikan setahun kemudian.
Namun disini terjadi perbedaan antara versi Indonesia (dan
Internasional) dengan versi Belanda dimana Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia pada 1949 sedangkan yang lainnya 1945. Dan pada akhirnya pun
Belanda mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah 17 August 1945 yang
mana itu pun berarti Agresi dan gangguan keamanan yang timbul hingga
1949 adalah murni kesalahan Belanda.
Kontroversi.
Sejumlah blog baik itu anti-Malaysia
maupun anti-Indonesia (blog yang saling mengumpat) seringkali menjadikan
peristiwa kemerdekaan ini sebagai bahan umpatan. Beberapa admin blog
pengumpat Malaysia sering menebarkan opini bahwa Kemerdekaan Malaysia
adalah hadiah dari Inggris. Sebaliknya blog Malaysia yang menyerang
balik pun menyebut Kemerdekaan Indonesia hadiah dari Jepang.
Seharusnya, moment kemerdekaan ini
dijadikan pelajaran bahwa untuk menggapai cita-cita itu tidaklah mudah,
perlu perjuangan yang berat. Kemerdekaan pun merupakan nikmat dari Alloh
yang patut disyukuri karena dengannya bangsa Melayu (baik Indonesia
maupun Malaysia) boleh memerintah di tanah airnya sendiri dengan
leluasa, tanpa campur tangan bangsa barat.
Maka dari itu, sudah saatnya kita semua
jadikan ini sebagai suatu nikmat dan anugerah yang harus disyukuri.
Bukan menjadikannya sebagai bahan umpatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar