Selasa, 23 Oktober 2012

Tatanan Dunia Baru dan Perang Dunia Ketiga

Ketika kita hendak memahami suatu perubahan tatanan dunia, kita haruslah mengetahui bagaimana sebuah tatanan itu tegak, apa pilar-pilarnya dan apa saja faktor yang dapat menyebabkan sebuah tatanan berubah.
Jika tatanan dipahami sebagai sebuah sistem hidup dengan skala masyarakat dunia, maka sebuah tatanan hanya akan bekerja bila ada poros tempat berdirinya. Tatanan dunia tidak lain adalah sistem yang tegak oleh sebuah negara adidaya. Sekali sebuah adidaya tegak, maka saat itu sedang disiapkan sebuah tatanan dunia yang mengikuti haluan adidaya tersebut.
Saat ini, misalnya, tatanan dunia ajeg di dalam jaring yang bermuara pada USA sebagai negara adidaya. Maka tatanan saat ini bercorak kapitalistik-hegemonik, sesuai corak USA. Pemerintahan USA berjalan dalam arahan-arahan kaum kapitalis. Meskipun USA mengaku demokratis, namun pada dasarnya tidak ada kedaulatan rakyat yang mutlak.
Contoh paling jelas adalah pada saat Bush hendak menginvasi Irak tahun 2003, di mana jutaan warga turun di negerinya sendiri menolak kebijakan tersebut. Namun Bush tidak bergeming, kebijakannya tetap dijalankan di bawah arahan dari suatu golongan di belakang layar yang disebut neokonservatif. Pada akhirnya opini publik massa pun bisa dialihkan menjadi mendukung perang. Itu karena corak kapitalistik-hegemonik yang juga mewarnai rakyatnya.
Namun tatanan dunia versi USA ini, jika diukur dalam sejarah peradaban-peradaban dunia, masih tergolong muda, baru satu abad. Kelahirannya bermula ketika tatanan dunia masih dikendalikan adidaya lama, yaitu Inggris yang kapitalis-imperialis. Negara-negara jajahan diprovokasi oleh USA untuk bangkit melawan. USA memasarkan ide-ide kemerdekaan dan nasionalisme yang merasuk di bangsa-bangsa jajahan seperti China, Indonesia, India, dan negara-negara Afrika.
Namun ide-ide ini tidak akan mewujud nyata dan hanya menjadi aspirasi bangsa-bangsa terhadap penjajahnya selama sang penyebar ide (USA) tidak menjadi pemegang tatanan alias negara adidaya. Hingga, pada saatnya sebuah perang dunia berkobar dua kali. Pada perang dunia kedua, USA keluar dari sarangnya, menghapus kebijakan isolasinya, lalu bermain dalam perang dunia dan menang.
Menangnya USA telah menguatkan posisinya. Inggris dan Perancis, sekutu USA telah menemui masa senjanya dalam tatanan dunia karena kapasitasnya yang merosot dari segi ekonomi dan militer (dikalahkan oleh kemajuan ekonomi dan militer USA yang tiba-tiba) ditambah penyebaran ide kemerdekaan dan nasionalisme di tanah-tanah jajahannya.
Perang telah merusak semuanya, merusak hirarki yang selama ini memenjara dunia. Jika diibaratkan seperti sebuah pemukiman yang tiba-tiba saja terbakar setelah sebelumnya ada berbagai macam rumah di dalamnya. Ada rumah besar, rumah kecil, rumah mewah dan rumah sederhana, semua warga mengukur kekuatan warga lainnya dari rumah yang ia miliki. Rumah-rumah itu hancur, dan USA, satu-satunya negara yang survive dalam kehancuran itu, memaksa semua warga dunia untuk menata lagi pemukiman dunia.
Pada tahun 1944, disepakati USdolar sebagai mata uang dunia. Pada tahun 1945, USA mengumpulkan bangsa-bangsa untuk membentuk Perserikatan Bangsa-bangsa, di mana USA direkayasa menjadi penentu kebijakannya. Pada tahun 1947, USA membantuk persekutuan militer bernama NATO. Pada saat yang sama, negara-negara bangsa terbentuk dan mereka butuh pengasuhan. Satu-satunya yang dapat memenuhi keinginan ini adalah USA. Lewat Bank Dunia, USA mengucurkan bantuan-bantuannya, menyebabkan semenjak itu bangsa-bangsa dunia masuk dalam jerat USA dan siap menjadi anggota hegemoni USA.
USA mengajari bangsa-bangsa cara bernegara yang benar dengan menyebarkan ajaran demokrasi. Demikianlah, pasca perang dunia kedua, Inggris yang selama ber-abad-abad membangun imperium raksasa dari barat sampai timur, seketika tergusur, dan USA menjadi pengasuh, guru dan penguasa bagi banyak bangsa-bangsa di dunia.. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar